Ngompol secara medis dikenal dengan sebutan enuresis. Umumnya, enuresis terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Hanya saja, pada orang dewasa lebih lazim disebut urinary incontinence. Pada anak-anak, mengompol adalah bagian dari pertumbuhannya. Anak sedang berlatih untuk mengontrol kandung kencing serta otot-otot serta saraf-saraf kencing.
Ada dua jenis enuresis pada anak, primer dan sekunder. Primer jika anak memang masih terus mengompol sekurangnya dua kali seminggu. Termasuk sekunder, jika sempat terdapat periode "kering" sekurangnya enam bulan hingga mengompol kembali.
Penyebab Anak Mengompol
Beberapa faktor yang menyebabkan anak mengompol diantaranya adalah :
- Keterlambatan proses pematangan, di mana kemampuan untuk mengontrol kandung kencing belum matang sempurna merupakan salah satu penyebab mengompol.
- Disebabkan karena Anak tidak terbangun saat kandung kencing sudah penuh. Ini bisa berkaitan dengan gangguan tidur seperti sleep apnea (mendengkur) atau gangguan-gangguan tidur lain yang menyebabkan proses tidur
terpotong-potong.
- Mengompol keturunan dari orang tua. Pada orang tua yang keduanya punya riwayat mengompol, angka kejadian mengompol pada anak 74 persen. Sedangkan pada orang tua yang salah satunya saja yang mengompol di waktu kecil, angka kejadiannya adalah 44%. Bandingkan pada orang tua yang keduanya tak mengompol, kejadiannya hanya 15%.
Enuresis sekunder bisa menjadi gejala dari adanya penyakit. Misalkan diabetes, infeksi saluran kencing, gangguan sistem saraf, tekanan psikologis atau mendengkur.
Jika anak mengompol Pahami bahwa ini terjadi diluar kehendaknya. Tak ada gunanya menghukum anak Anda. Biasanya mengompol terjadi pada 2 jam awal tidur. Cara terbaik mencegahnya adalah dengan membiasakannya untuk kencing terlebih dahulu sebelum tidur.
Cara Mengatasi Anak Mengompol
Untuk membantu Anda mendukung anak mengatasi masalah ngompol, berikut beberapa tip yang bisa Anda coba:
Fokuslah pada masalah: ngompol.
Hindari menyalahkan atau menghukum anak Anda. Ingatlah, anak Anda tidak bisa mengontrol tindakan ngompol tersebut. Tindakan menyalahkan dan menghukum hanya akan memperburuk masalah.
Sabar dan tetaplah beri dukungan.
Yakinkan kembali dan doronglah anak Anda sesering mungkin. Jangan bertindak membesar-besarkan masalah setiap kali hal itu terjadi.
Buat peraturan "dilarang menggoda" dalam keluarga.
Tidak seorang pun diijinkan menggoda anak yang mengompol, termasuk mereka yang di luar keluarga inti. Jangan mendiskusikan masalah ngompol di depan anggota keluarga lainnya.
Mendorong tanggung jawab.
Bantulah Anak untuk memahami bahwa kewajiban untuk berhenti mengompol adalah tanggung jawabnya, bukan orangtua. Yakinkan anak bahwa Anda ingin membantu mengatasi masalahnya. Selain itu, mintalah anak membantu saat membersihkan bekas ngompolnya.
Mempermudah pembersihan. Untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi kerusakan, gunakanlah alas tidur dari bahan penyerap yang bisa dicuci, bed cover yang tahan air, serta pewangi ruangan.
Tip cegah ngompol
Selain mendukung anak secara emosional, ada juga beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kejadian mengompol. Berikut beberapa tip yang bisa Anda gunakan:
Kurangi asupan air di malam hari.
Mintalah anak agar tidak minum apapun 2 jam sebelum tidur. Ajak dan temani Anak untuk buang air ke kamar kecil terlebih dahulu sebelum tidur.
Tetapkan waktu anak bangun di malam hari untuk pergi ke toilet. Daripada fokus membuat anak agar tidak mengompol sepanjang malam, ada baiknya membuat anak memahami bahwa sangat penting bangun di malam hari dan menggunakan toilet.
Pastikan anak mempunyai akses mudah ke toilet. Bersihkan gang dan hidupkan lampu di gang menuju ke toilet. Jika perlu, sediakan toilet yang bisa dibawa.
Berikan hadiah saat anak tidak mengompol. Pemberian hadiah baik berupa stiker, terbukti membantu beberapa anak berhenti mengompol. Sediakan tempat melengketkan sticker setiap kali anak tidak mengompol.
Pertimbangkan menggunakan diaper. Beberepa orang meyakini kalau penggunaan diaper di rumah bisa mengganggu motivasi anak untuk bangun dan menggunakan toilet. Tapi, ada juga yang berpendapat kalau diaper bisa membantu anak merasa lebih mandiri dan percaya diri. Berkonsultasilah dengan dokter anak untuk menentukan pilihan terbaik bagi anak Anda.
0 comments:
Post a Comment