Tombol Navigasi

Chitika

Monday, September 12, 2011

Mafia Pengemis Di Indonesia



Mengemis kini sudah dijadikan bisnis. Sejumlah orang memilih mengelola penyewaan anak-anak dan orang buta untuk mengemis. Hasilnya sehari uang hampir setengah juta di tangan.

<Lihatlah Rahmat. Sehari-hari, Rahmat tampak luntang-lantung. Tapi pria berusia 40 tahun ini selalu banyak uang. Seringkali ia mentraktir teman-temannya yang tinggal di kontrakannya di Kelurahan Kebon Singkong, Klender, Jakarta Timur.

Dari mana pria pengangguran itu punya uang? Rupanya ia selalu mendapatkan uang dari setoran anaknya, Lia (samaran), dari hasil mengemis. Gadis berusia 15 tahun tersebut sehari-hari mengemis di wilayah Menteng, Jakarta Pusat.

Setiap hari Lia harus menyetorkan uang Rp 100 ribu. Jika tidak ia tidak boleh pulang ke rumah. "Dia (Lia) pernah curhat ke saya. Kalau dia dapat Rp 150 ribu dia akan sisihkan untuk setoran besoknya. Jadi dia tidak khawatir setoran ke bapaknya berkurang," ujar Nuki Sena, tokoh pemuda di Kelurahan Kebon Singkong saat berbincang-bincang dengan detik+.

Selain dapat setoran uang dari anaknya, Rahmat juga ‘berbisnis’ menyewakan orang buta untuk mengemis. Setidaknya ada 3 orang buta yang dikelolanya. Tarif sewa satu orang buta dipatok Rp 150 ribu. Jadi perharinya ia bisa mendapatkan uang Rp 450 ribu dari menyewakan orang buta.


Sewa untuk orang buta mahal. Sebab hasilnya juga gede. Perharinya bisa Rp 700 ribu - Rp 800 ribu. Kalau lagi sepi aja bisa dapat Rp 400 ribu," ujar Rahmat saat dikonfirmasi detik+. Namun Rahmat tidak mau bicara banyak. Usai ditanya, warga Indramayu tersebut langsung ngeloyor pergi.

Rahmat hanyalah satu dari sekian banyak orang yang memanfaatkan anak-anak dan orang cacat untuk bisnis mengemis. Di kawasan Kebon Singkong dan Pasar Gembrong, Cipinang Besar, banyak orang yang melakukan hal serupa. Biasanya mereka mengajak orang-orang di kampungnya untuk disewakan menjadi pengemis. Mereka selain mendapat kontrakan juga dapat makan. Sementara orang buta selain dapat kontrakan juga dapat uang bagi hasil dari pendampingnya (penyewa).

"Kalau di sini orang buta yang disebut mobil. Kalau yang dampingi disebut sopir. Kalau mereka jalan berdua disebut truk gandeng," kata Nuki sambil tertawa.

Sementara untuk anak-anak yang disewakan untuk mengemis biasanya dikenai tarif Rp 50 ribu. Uang sewa anak itu sebagian dikirim ke orang tua anak-anak tersebut di kampungnya.

Sewa menyewa anak tersebut belakangan memang semakin marak. Namun menurut Nuki, cara seperti itu tidak bisa disebut sebagai sindikat. Sebab mereka mendapat izin keluarganya. Bahkan, kata Nuki, ada seorang anak yang menyewakan orang tuanya yang buta.

"Mereka tinggal di RW 02. Di kontrakannya Bang Hanson," terang pria berambut panjang tersebut.

Bagi Nuki dan warga Kebon Singkong, kegiatan yang dilakukan Rahmat dan beberapa pengemis yang ngontrak di daerah itu bukan merupakan mafia pengemis. Bagi mereka, yang bisa disebut mafia pengemis adalah orang-orang yang mengkoordinir pengemis yang memakai amplop atau map sumbangan.

"Mereka ada aktor intelektualnya. Dari tangan orang itu keluar stempel dan kop surat yayasan. Ada yang yayasannya fiktif ada juga yang ada. Tapi kegiatannya tidak jelas," kata Nuki.

Jhoni, warga Kebon Singkong, yang duduk di sebelah Nuki kemudian menimpali, di daerah Kebon Singkong yayasan semacam itu juga ada. Ia kemudian menyebut Yayasan Bina Insan Saleh yang beralamat di Jalan Pertanian Utara, Kebon Singkong. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan anak-anak yatim itu, menyebar proposal ke mana-mana. Padahal yayasan itu hanya punya satu kelas TPA.


"Itu hanya satu kelas. Tapi amplop untuk sumbangannya menyebar ke mana-mana. Yang kami dengar tarif untuk mendapatkan stempel dan kop surat yayasan itu Rp 15 ribu yang berlaku selama 1 minggu," ujar Jhoni.

Sebenarnya, warga dan mantan Lurah setempat sempat melapor ke bagian intel Polres Jakarta Timur. Tapi polisi meminta disiapkan barang bukti berupa kwitansi. Karena sulit mendapatkannya, warga pun tidak mengetahui perkembangan laporan tersebut.



Menurut Jhoni, para penyebar proposal bantuan itu kebanyakan mengontrak di RW 03 Kebon Singkong. Di antara mereka bahkan ada yang sudah beli rumah di daerah tersebut.

sumber : detik.com

0 comments:

To Use A Smiley In Your Comment, Simply Add The Characters Beside Your Choosen Smiley To The Comment: :)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment